Batubara.Ersyah.com l Beberapa warga Batubara etnis Batak, Senin (2/9) meminta semua pihak menyikapi dengan kepala dingin. Terkait pemasangan ornamen dibangunan Mapolres Batubara,”Kita menyadari ada ‘ketersinggungan’ etnis Melayu melihat ornamen Batak terpasang di tiang dan dinding depan bangunan Mapolres Batubara yang sedang dikerjakan namun diminta agar sikap tersebut tidak sampai menimbulkan konflik etnis di Batubara yang damai ini,”pinda M Arsyad Nainggolan.
Dikatakannya, sebagai orang Batak dirinya bangga dengan pelestarian adat budaya Batak seperti gorga (ornamen) khas Batak. Hanya saja diingatkan Nainggolan upaya tersebut jangan sampai menimbulkan ketersinggungan etnis lain.
“Meski niat Kapolres Batubara tulus untuk melestarikan budaya leluhur namun perlu diingat ‘dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung’,sebut Sawaluddin S Pane yang juga Ketua Mantab Batubara.
Pane, Batubara tanah Melayu, sebaiknya pihak Polres Batubara berembuk dengan pemangku budaya Melayu Batubara dalam hal ini MABMI.
“Pasti ada solusi brilian yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut apabila dilakukan”, ujarnya.
Terkait pernyataan PD MABMI Kabupaten Batubara H Zainal Alwi, SPd yang menyatakan bukannya tidak menghargai nilai ‘ke Bhineka Tunggal Ika-an” yang merupakan perisai lambang negara atau tidak menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan NKRI. Namun yang dikhawatirkannya adalah timbulnya hal-hal tidak dingini dikemudian hari.
Pane mengharapkan agar lebih diutamakan mempertahankan kondusifitas Kamtibmas yang telah terbina cukup baik di kabupaten yang dihuni multi etnis ini.
Senada warga etnis Batak lainnya, Ebson A. Pasaribu menyatakan dukungan sepenuhnya mempertahankan kondusifitas di Kabupaten Batubara. Pasaribu berharap ‘polemik’ pemasangan ornamen Batak di bangunan Mapolres Batubara tidak sampai berkepanjangan.
Pasaribu setuju apabila masing-masing pihak menahan diri melontarkan argumen masing masing yang berpotensi menimbulkan konflik sosial.
“Mari duduk bersama. Kita bicarakan dengan kepala dingin”, tutup Pasaribu.
Informasi dihimpun menyebutkan, pembangunan kantor Mapolres Batubara dua tingkat ini menelan biaya sekitar Rp 6,5 miliyar. Kantor itu juga disebut-sebut kantor Mapolres ‘termegah’ se Sumatera Utara. Pemasangan ornamen dibangunan Mapolres Batubara yang dinilai menonjolkan corak ‘gorga’ (ornamen) Batak menuai protes masyarakat.
Ketua Pimpinan Daerah Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PD MABMI) Kab Batubara H Zainal Alwi, SPd lewat suratnya tertanggal 27 Agustus 2019 ditujukan kepada Kapolda Sumatera Utara, yang diterima wartawan meminta pembangunan Mapolres Batubara lebih menonjolkan ornamen Melayu, atau ‘polos’ saja sebagaimana gedung/kantor Polri lainnya.(zo)