BATU BARA.Ersyah.com l Imbas pandemi Covid-19 membuat seluruh siswa-siswi baik yang baru duduk di sekolah dasar (SD) maupun SMP dan SMA dirumahkan atau belajar dari rumah (dairing) membuat sejumlah tukang jahit di Batubara sepi orderan pakaian sekolah.
Padahal sebelum adanya pandemi Covid-19, biasanya sebelum memasuki ajaran baru sekolah, sejumlah tukang jahit yang berada di Pasar Tradisional Pajak Tanjung Tiram disibuki dengan banyaknya pesanan jahitan pakaian anak sekolah, bahkan ada beberapa tukang jahit melakukan aktivitas bekerjanya hingga malam hari.
Hal itu disampaikan salah seorang tukang jahit yang berada di Pasar Tradisional Pajak Tanjung Tiram Minggu, (12/07)
“Tahun lalu biasanya kami sudah disibukkan dengan banyaknya orderan pakaian sekolah, bahkan anak saya juga ikut bantu-bantu dikios ini, hingga malam haripun kami masih menjahit lantaran banyaknya orderan dan mengejar target masuknya anak sekolah,” kata Indra salah seorang tukang jahit Pajak Tanjung Tiram.
Indra (51) yang akrab disapa Bang In oleh pelanggannya mengakui bahwa, karena adanya Corona jahitan pakaian sekolah tahun ini menurun, bahkan ada beberapa penjahit yang tampak sepi dikarenakan beberapa ibu-ibuk tidak mahu menjahitkan pakaian sekolah anaknya, lantaran tahun ajaran baru kali ini tidak belajar kesekolah.
Pasalnya tahun ajaran baru sekolah yang mestinya pada Senin 13/07 ini sudah mulai berlangsung, dikarenakan Corona seluruh siswa-siswi di Batubara kembali dirumahkan bahkan Belajar dari Rumah (BDR) diperpanjang hingga 25 Juli 2020 mendatang. Sesuai surat edaran Bupati Batubara Nomor: 422.3/3166 tentang Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam masa darurat penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Kondisi ini membuat para tukang jahit sedikit mengeluh, padahal tahun-tahun sebelumnya mereka sampai menolak karena kewalahan dikejar waktu masuknya anak sekolah.
“Tahun lalu setelah pengumuman siswa baru, kemudian para siswa mendapatkan kain seragam beserta atribut sekolah langsung dijahitkan, bahkan ada yang langsung memesan kain dan menjahitkannya disini. Namun tahun in tidak lagi belajar disekolah, jahitan seragam sekolahpun menurun drastis, yang tahun sebelumnya menghabiskan satu rol setengah bakal celana, namun sekarang ini hanya setengah rol saja,” ungkap Indra yang biasa disapa Bang In
Sepasang seragam sekolah di tempatnya dipasang tarif sebesar Rp. 275.000, sedangkan upah tempahan sepasang pakaian sekolah Rp. 160.000.
Selain menerima jahitan untuk seragam sekolah, ia juga menerima jahitan pakaian lainnya seperti seragam pesta (baju batik,teluk belanga), seragam PNS dan baju kopri ASN bahkan pakaian haji seperti jubahserta permak pakaian lainnya dan pasang simbol/atribut.
Hal yang sama juga diakui tukang jahit lainnya, Masdoy (38) mengakui bahwa tahun ini sepi orderan, masih ramai tahun lalu. Dan hampir semua tukang jahit lainnyapun mengeluhkan keadaan yang sama.
“Saat sepi seperti ini, saya mengandalkan permak pakaian karena permak masih ada tiap hari, apalagi sebentar lagi akan memasuki lebaran haji dan 17an. Dan dari permak itu sekitar Rp. 30.000 hingga Rp. 50.000 per harinya,” ungkap pria yang sudah bekerja sebagai tukang jahit semasa remajanya. (m.02)