Ada adek-adek yang datang menghampiri pada kegiatan Batubara Bertanjak yang dilaksanakan di Istana Niat Lima Laras, Rabu 16 September 2020. Kemudian dia memulai sejumlah pertanyaan padaku.
Adek:”..Dan bertanya, apakah abang datang kemari ada undangan..?
Aku: jawab ku, tidak..
Adek: Ko.. Rapi kali baju abang..
Aku : oo…”sudah sepantasnya saya sebagai putra Melayu asli Batubara, harus bangga dengan adat dan budaya leluhur ku.
Adek: mantap bang, sambil sembringah iya tersenyum mendegar jawabku.
Bila mau jujur, akupun bingung kenapa bisa hadir pada kegiatan tersebut, tapi karena semangat pada taglen dinding Facebook yang diposting oleh sejumlah orang yang kukenal sangat memacu diriku agar dapat berpartisipasi hadir dalam kegiatan tersebut, dimana salah satu temanya, ‘”Batubara Bertanjak, #Berdirisendiri “walau hanya aku sendiri”.
Ini sungguh kalimat yang meneguhkan hati para pemuda yang sudah meluangkan pemikirannya untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Amplus untuk para panitia..
Kegiatan yang dipelopori oleh sejumlah anak mudah yang memodalkan semangat, dan tekat yang kuat untuk kembali mengembangkan semangat kemelayuan yang hampir pudar di tanah Melayu Batubara. Kegiatan yang mengangkat kembali budaya Melayu dengan semangat memakai tanjakan yang sebagian besar masyarakat Melayu sendiri lupa apa itu tanjak dan tengkulok. Tidak sedikit mereka yang lahir dari keturunan orang Melayu sudah lupa dengan budaya ini
Entah karena enggan, atau barangkali mereka tidak mengerti tentang budaya para leluhurnya, dan kemudian menganggap biasa saja.
Tapi sebagai anak Melayu, saya pribadi sangat mengucapkan Terima kasih kepada para tokoh yang hadir pada acara tersebut, para tokoh tersebut memaparkan berapa luasnya budaya Melayu, di orang Melayu, sangat mengedepankan adab dan budi pekerti dalam hal interaksi sosial. Jadi ketika orang yang sudah memiliki budi pekerti yang baik, berbudaya Melayu, melaksanakan ajaran Islam dengan baik dan berbahasa Melayu, maka sudah sepantas orang tersebut disebut orang Melayu, kira-kira begitu sepintas ucapan Bapak Mustafah Akhyar salah satu pengurus Lembaga Adak Melayu (LAM) Batubara pada acara tersebut.
Anak muda masa kini atau anak muda jaman melenial Sering kali mengabaikan makna filosofis dibalik resepsi pernikahan masyarakat Melayu, hal ini sering kita lihat dimana disetiap pesta pernikahan ada adat Melayu yang sangat kental kita lihat, dan terkadang sering kita tidak memikirkan filosopi apa yang ada didalamnya, sehingga kita menganggapnya biasa-biasa saja.
Tidak salah sifat acuh seperti inilah, yang mungkin membuat orang Melayu yang dulunya merupakan tuan tanah dikampung halamannya, sekarang jadi mayoritas masyarakat miskin dikampung sendiri, acuh akan adat, acuh akan perintah agama, acuh akan keluarga, dan acuh dengan semangat persatuan dan kesatuan dan seakan ajaran sariat islam.
Dengan adanya kegiatan budaya seperti ini harapannya akan ada gagasan gagasan baru, dimana para tokoh yang akan menjadikan momentum bertanjak, sebagai semangat persatuan dan kesatuan agar memperkokoh tali silaturahmi antar anak melayu, karena tanpa kita sadari kita bukanlah siapa-siapa diatas bumi Allah SWT ini****
Penulis: Erwin S. Sos (Anggota KPU Batubara)