BATUBARA.Ersyah.com l Pemerintah Kabupaten Batubara membuat musyawarah penanganan banjir dan pencemaran air sehingga biodata Ikan mati di Kanal Desa Titi Merah, Kamis (9/9/21) di Aula Balai Karyawan PT Socfindo Tanah Gambus, Kecamatan Lima Puluh.
Hadir Groupmen ll PT Socfindo Erikson Ginting yang membawahi empat kebun, Meneger Perkebunan PT Socfindo Tanah Gambus Joni Makri Sitepu, Meneger Pabrik Adji Indra Prapanca, Askep Muhammad Irsan Dompu, KTU Perkebunan PT Socfindo Tanah Gambus Sungkowo. Meneger PTPN IV TIU Ima Sulasti didampingi staf, TNI-POLRI.
Kadis Peternakan dan Perkebunan Ridwan, Kadis Tanaman Pangan dan Kolkiltura Azwar SP, Kadis PU Ir Khairul Anwar MSi. Camat 50 Pesisir Syahrizal, Kades Gunung Bandung Budiono, Pj Kades Pematang Pajang Siti Masfupah, Lubuk Cuik diwakili Sekdes Misno dan perwakilan masyarakat petani cabe.
Asisten II Drs Sahala Nainggolan MM, mengharapkan dalam pertemuan yang dibuat mendapatkan hasil yang baik untuk perkebunan dan masyarakat khususnya petani cabai.
“Pertemuan ini kita bahas yang penting saja, dimana titik permasalahannya dan apa solusinya, karena ini dari kita dan untuk kita. Memberikan masukan positif untuk menyelesaikan masalah, bukan mencari-cari masalah. Jangan sampai petani kita itu yang sudah bersusah payah mengelola pertaniannya akibat banjir puso,”katanya.
“Saya enam tahun menjadi kepala penyuluhan, jadi saya faham betul susah payahnya petani. Apalagi cabe, ngurusnya setengah mampus itu, sebab cabe kalau sudah terendam habis itu. Padahal biayanya berapa itu, uangnya dari mana, ini menjadi tanggung jawab kita semua,”ujar Nainggolan.
Dalam pertemuan, Asisten juga meminta kepada Kepala Desa dan Camat untuk menyampaikan ke masyarakat hasil dari pertemuan musyawarah.
“Kalau itu dari perkebunan apa yang bisa dibantu pasti mereka bantu, karena ini untuk masyarakat juga,”ucapnya.
Kadis Pertenakan dan Perkebunan M.Ridwan lahan pertanian khususnya cabai, karena Batubara ini komunitas nya unggulan cabai yaitu tanaman Hortikultura mengalami kebanjiran, ratusan hektar terendam, sehingga mengakibatkan kerusakan gagal panen, karena cabai ini satu hari saja terendam tidak bisa panen lain dengan sawit tanaman yang membutuhkan air. Berdasarkan penusuran dilapangan yang telah disurvei dan Bapak Bupati Batubara juga turun ke lokasi bersama informasi dari masyarakat petani cabai juga ada saluran irigasi air PTPN IV TIU dan PT Socfindo. Untuk itu sama – sama kita bermusyawarah agar bisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat petani.
Kepala Desa Gunung Bandung Budiono, banjir menggenangi pemukiman warga, jalan dan lahan pertanian cabe yang dimulai dari bulan Agustus 2021. Saya menginginkan perkebunan sebagai mitra pemerintah desa Gunung Bandung untuk pertanian luas lebih kurang 400 hektar. Saya tidak mau menyalahkan itu sumber nya dari PTPN atau dari Socfindo, tapi bagaimana perusahaan menjalankan usaha untung, tapi masyarakat juga merasa ada maafnya.
“Kami usul kalau ada pembersihan dibulan kemarau, misalnya bulan dua, jadi kami petani tidak kewalahan. Saya bawa fotonya, setiap tahun membersihkan kanal lebih kurang 100 meter. Seperti ini lah sampah kiriman dari perkebunan. Jadi saya mohon bantuan CSRnya, jangan nanti kita diperlukan ketika mau perpanjang HGU perkebunan.
Untuk perusahaan PTPN IV TIU kondisi Kanal saat ini bau yang menyebabkan beberapa ikan, udang mati dan sumber air dari perkebunan. Kami miminta diblok 2000 C untuk dibuatkan pintu air yang nantinya bila musim kemarau perkebunan bisa membuka kembali,”saran Kades sembari memperlihatkan foto-foto hal yang terjadi.
Sekretaris Desa Lubuk Cuik Misno, lahan pertanian cabe desa tersebut sekira 86 hektar terendam dan para petani terpaksa memakai mesin pompa untuk membuang air. Waktu itu air laut pasang dan air dari perkebunan PTPN IV TIU menuju pintu klepnya tidak berfungsi.
“Disana ada dua pintunya yang satu tidak bisa lagi digunakan, yang satunya masih bisa digunakan meski terkadang macet. Jadi kalau ini bagus kalau musim hujan dan air laut pasang tidak bisa ditutup dan airnya masuk ke pertaniannya. Kami minta itu diperbaiki dan kanal di normalisasi kembali,”pintanya.
Pj Kades Pematang Pajang Siti Masfupah, situasi banjir yang juga berdampak ke desanya. Namun masyarakat petani cabe di desa itu tidak ada yang melapor. Keluhan warga soal air berubah warna hitam.
“Kami dua Minggu lalu gotong royong membersihkan kanal, warga mengalami kegatalan dan tidak berani lagi saya untuk membersihkan kanalnya,”sebutnya.
Petani cabe Amin menyebutkan terpaksa melakukan penutupan pari kebun PTPN IV TIU karena lahan cabenya kebanjiran.
“Kami tutup karena air nya masuk keladang kami daerah Nanassiam. Kami minta itu dibuat pintu klep agar air bisa buka tutup itu aja permintaan kami,”ungkapnya.
Pengurus Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Bulan bulan Sabri meminta dua perusahaan membersihkan kanal dengan rutin, dari Gunung Bandung, Pematang Panjang, Titi Merah sampai Perupuk diharapkan ada warga yang ditunjuk selaku pembersih kanal. Jika ada ketika semak atau banjir bisa dihubungi, sehingga sampah yang ada tidak menumpuk dihujung pintu air pembuangan.
Camat Lima Puluh Pesisir Syahrizal dalam pertemuan memohon kepada kedua perusahaan untuk bersama mengecek dilapangan apa yang sebenarnya terjadi.
“Saya pak dimana duduk diwarung di Kecamatan Lima Puluh Pesisir semua pembahasan air kanal hitam, bau busuk, ikan mati. Saya gak berani menjawab sumber nya dari mana, karena saya bukan ahlinya dibidang itu. Jadi saya minta tolong semua pengaduan ditujukan pada perusahaan, tidak perlu dibahas air dari Socfindo maupun dari PTPN. Tapi begitu ada persoalan riak di masyarakat mari kita cari solusinya, ada dari pemerintah ada dari perusahaan, karena kanal ini biang kerok masalahnya,”ujar Camat.
Ia juga menyebutkan soal perjanjian masyarakat dengan kedua perusahaan.
“Dulu ada perjanjian tahun 2012 yang sudah disepakati kenapa tidak itu kita jalani terus,”pintanya.
Kadis Tanaman Pangan dan Kolkiltura Azwar SP, persoalan kanal itu bukan persoalan baru, tapi muncul kembali. Pada tahun 1988 saya penyuluh pertanian disana, masalah seperti ini muncul akibat saluran yang cukup tinggi sendimentasinya dari kanal. Pada tahun itu kalau dilihat lebar 10-12 meter. Sementara kondisi sekarang mencapai 20 meter, bahka lebih akibat terjadi erosi.
“Kalau dilihat kebiasaan lama dari kedua perusahaan, kapan waktu PTPN IV TIU membersihkan, batas mana dan kapan waktu Socfindo membersihkan dan batas mana, ini tidak terprogram. Saya tau betul karena dari tahun 88 saya penyuluh disana, saya sering audensi pada dua perusahaan ini, sekarang ayok sama sama kita fikirkan nasib petani,”ajaknya.
Azwar, dampak dari permasalahan kanal cukup besar. Bukan saja di Desa Gunung Bandung, tapi Titi Merah, Lubuk Cuik, Bulan bulan dan bisa merembet ke Pasir Permit, yang airnya bisa tembus Titi Putih dan Barung Barung.
“Jadi dampak dari kanal ini cukup besar kalau tidak kita tangani dengan serius. Lubuk Cuik yang pembuangan nya sampai Nanassiam, Gambus Laut, memang bukan kanal TUI, itu adalah pari pembuangan drainase Bahbolon, tapi alurnya sampai ke Titi Merah sampai ke Perupuk cukup kotor air tidak lancar keluar. Saya tidak tau, kalau dulu pintu klep itu ada petugasnya untuk menjaga dari perusahaan, sekara ada tidak..?,”tanya Azwar.
Atas pernyataan itu Meneger PTPN IV TIU Ima Sulasti langsung menimpali,”Ada. Masih ada,”jawabnya.
“Kalau ada kok masih kotor. Sampah – sampah, pelepah sawit dan sebagainya, rumput yang di beko dari atas ini sudah dinaikan tapi dibiarkan, makanya desa perbatasan perkebunan tanah itam sering terjadi banjir. Ayo lah dalam masalah ini kita bersatu dengan yang lainnya satu komitmen kita berpihak ke masyarakat petani,”beber Kadis.
Menjawab persoalan itu, Meneger perkebunan PTPN IV TIU Ima Sulasti dengan berbicara sedikit tertati mengaku sudah turun langsung ke areal yang dimaksud. Ia juga memaparkan foto-foto persi perkebunan melalui layar sleep yang sudah disiapkan.
“Saya ingin menyampaikan sesuatu untuk sama sama kita ketahui juga. Maksudnya ini tidak menyalakan siap siapa pak. Mari lah kita mencari solusi, ya kan, eh perkebunan juga bisa berjalan, masyarakat juga karena didalam Agam kita juga saling menolong orang, jadi saya tidak boleh menzalimi orang lain,”katanya bernada gugup.
“Saya terbuka dengan masyarakat. Kebun Tanah Itam Uluh juga untuk masyarakat, apa yang bisa kami bantu sampaikan saja. Bapak-bapak juga kan tau biaya itu tidak bisa langsung ada, kita harus buat program, bapak – bapak haru maklumi itu,”sebutnya.
Menurutnya, dua tahun terakhir debet air besar terjadi di bulan 4, karananya ia memprogram kebersihan kanal di bulan tiga, tapi yang punya rencana kita yang punya kuasa Allah pak. Jadi kebetulan dibet air besar datangnya lebih maju gitu loh, dibulan Agustus. Jadi dibulan itu banyak terendam termasuk areal kami. Bapak – Bapak juga harus tau semuanya bahwa aeral TIU itu lintasan pak. Lintasan semua air, baik dari perkebunan Gambus, baik dari kecamatan semuanya lintasan disitu, nah ini lah dia yang terjadi di bulan Agustus kemarin. Kami juga tergenang pak arealnya seperti ini. Ya kebun gambus juga ya, ada limpahan dari lain kan pak, ada juga limpahan dari tempat kami, kita tidak pungkiri kebun gambus juga banjir,”tambahnya.
Lanjut Ima Sulasti, kebun TIU sudah sepakat membersihkan kanal dari Bentolo sampai perbatasan kebun Gambus. Ia juga mengaku ada kesempatan tahun 2012 bawah kebun TIU dan Gambus melakukan normalisasi 2 tahun sekali. Sebenarnya dilaksanakan tapi hasilnya tidak maksimal karena dikerjakan waktu banjir, tapi biar pun begitu tetap dikejakan. Jadi untuk mengantisipasi masyarakat supaya jangan terapa ini tetap kita kerjakan walaupun hasilnya sangat minim. Cupa ada dua plot lagi tidak dikerjakan perbatasan gambus karena pembenahan dibet air kebawah.
“Yang namanya rumput busuk kan bau pak terus terang aja. Jadi kita ini air kanal itu memang hitam, tapi saya juga ambil airnya bening, cuma apa dasarnya aja yang hitam. Ini air nya bening ini ha,”ucapnya menunjukan video.
“Jadi eh tidak apa-apa kita cari jalan solusi nya nanti apa yang mau kita kerjakan. Diblok Lubuk Cuik saya sudah lihat kesana sebelum bapak ditutup sampai sudah ditutup,”Ima lagi.
Atas pernyataan itu Meneger, Amin petani cabe mengatakan. “Ini memang kami tutup, tapi tidak kami tutup semua jalan air nya kami kasih juga air nya untuk keluar. Pokoknya ibu buatkan klep itu lah mau nya kami buk,”timpalnya.
“Nanti kita kerja sama pak. Jadi nanti kan, minta buatkan pintu air nya kita buat kan, tapi kami gak ada biaya nya sekarang. Jadi semua bibit bibit keluhan masyarakat saya datangi pak. Saya juga kepengen tau apa permasalahan nya, saya datangi semuanya, jadi sama – sama lah kita nanti ya pak Camat, Kepala Desa,”tutupnya.
Dikesempatan sama Meneger Perkebunan Socfindo Tanah Gambus Joni Makri Sitepu mengaku ada MoU antara PT Socfindo Tanah Gambus – PTPN IV TIU mengurusi pembersihan kanal.
“Kebetulan waktu itu saya Askep di Perkebunan Tanah Gambus. Jadi pada tahun 2012 saya ingat betul Socfindo pas memberikan bantuan Thanki air yang diresmikan Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain. Kita komitmen betul dari perusahaan PT Socfindo untuk perawatan kanal yang terdampak langsung ke masyarakat tiga desa kita komitmen,”akunya.
Meneger juga bilang apa arahan petunjuk dan hasil pertemuan musyawarah pasti akan dikerjakan sesuai komitmen dan kemampuan.
“Saya sudah langsung turun lapangan mulai dari Titi Merah sampai ujung titiknya. Memang kalau kita turun kan alat berat tidak memungkinkan karena sisi kiri kanan sudah padat rumah penduduk, kalau tidak bisa pakai alat berat kita bersihkan secara manual, kapan pun kami diperlukan selalu siap,”jawabnya.
Terkait air kanal hitam, yang banyak biodata ikan mati menurut Joni Marki Sitepu.
“Disini saya klarifikasi kebetulan kami dikonfirmasi awak media dan tim investigasi untuk membuktikan apakah air hitam itu dari olahan industri, karena melalui air ke kanal dua perusahaan PT Socfindo Tanah Gambus dan PTPN IV TIU, hanya PT Socfindo Tanah Gambus yang memiliki pabrik. Jadi untuk secara detail nya kami ajak langsung ke kolam limbah, kalau memang itu jadi sumber masalah. Bisa kami katakan itu kurang logis ya pak kalau dari Socfindo limbahnya. Sebab limbah kami ada 4 kolam, pengeluaran terakhir itu mengarah kerawa dan menuju Sungai Bahbolon Simpang Gambus,”tukas Meneger.
Senada disampaikan Meneger Pabrik Adji Indra Prapanca, Pabrik PT Socfindo Tanah Gambus mendapat predikat biru. Artinya tidak ada satupun parameter ketentuan Kementerian Lingkungan hidup yang dilanggar, semua nya berada pada aturan pemerintah, dan setiap bulan mengirimkan semple laboratorium yang sudah disahkan komite akreditasi Nasional PT Socfindo Medan. Semua baku mutu berada dibawah standard yang ditetapkan dan dibawah itu bukan sedikit dibawah, tapi jauh dibawah baku mutu, misalnya ceod baku mutu 350, kita cuma 181, artinya jauh. Selain itu aliran nya juga bukan kesitu tapi kita komitmen dengan pengelolaan kolam limbah kita secara profesional dan tetap dibawah baku mutu pemerintah,”jelas Adji.
Groupmen ll PT Socfindo Erikson Ginting menyampaikan terima kasih atas inisiasi pertemuan yang dibuat, sebab perusahaan sangat peduli kepada lingkungan dan memang kewajiban untuk membantu segala keluhan warga diseputar perusahaan.
“Saya sudah perintahkan kepada pengurus Tanah Gambus untuk segera menggulirkan dana CSR warga desa sekitar yang membutuhkan. Seperti jalan di desa perlu pengerasan, ini sebenarnya kita tidak perlu menunggu pemerintah, karena pemerintah juga tidak sanggup kalau mengurus desa-desa sekitar perusahaan. Harus ada kerja sama perusahaan yang ada di Kabupaten Batubara ini, itu komitmen kita. Silahkan bapak ibu Kepala Desa ataupun camat jalin komunikasi terutama dengan PT Socfindo kebun Tanah Gambus. Kalau mau buat proposal silahkan, saya sedaya mampu saya akan mensupport apa yang bisa kita bantu di perusahaan, sehingga keluhan yang katanya gagal panen atau busuk itu tidak kita dengar lagi di tahun tahun mendatang,”tegas Erikson Ginting.(red.01)