Bayi Diberi ASI Memiliki Risiko Rendah Terkena Penyakit

Foto: Kadis Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana drg Wahid Khusyairi MM saat pengembangan kelas ibu hamil dan ayah peduli asi.

BATUBARA.Ersyah.comBayi mendapatkan ASI eksklusif merupakan bayi menerima ASI saja, tidak ada cairan atau padatan lainnya diberikan, bahkan air pengecualian rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineral atau obat-obatan.

“Bayi yang diberi ASI memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit, degeneratif, darah tinggi, diabetes tipe 2 dan obesitas pada saat dewasa,”kata Kadis Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) drg Wahid Khusyairi MM melalui Kabid Kesmas Fuad Helmi SKM MKes, Rabu (16/2/22).

iklan

iklan

Disebutkan, ASI pertama kali keluar (kolostrum) mengandung zat kekebalan tubuh dari ibu yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian bayi seperti diare, ISPA, dan radang paru-paru.

iklan

Pemberian ASI eksklusif di negara berkembang berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi/tahun.

Atas dasar tersebut, World Health Organization (WHO) merekomendasikan Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV tahun 2004 untuk memberi ASI eksklusif bayi sampai berusia 6 bulan.

“Pemberian ASI eksklusif di Indonesia cakupannya masih sangat rendah.

Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2018, bahwa di Indonesia proporsi pemberian

ASI pada bayi dan anak usia 0 sampai 5 bulan sebesar 37,3%,”ujarnya.

Fuad, Kemenkes RI juga melaporkan, bahwa perempuan di Indonesia sebanyak 96% menyusui anak mereka, namun hanya 42% yang memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan.

Untuk cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Batubara tahun 2021 hanya 24,15%. Cakupan ini lebih rendah dari target Nasional yaitu 40%.

“Banyak faktor yang menjadi masalah dalam pemberian ASI eksklusif yang rendah di Indonesia termasuk di Kabupaten Batubara. Dari faktor si ibu, juga faktor pendukung dari orang-orang terdekat, yang selama masa kehamilan sampai dengan pemberian ASI pada bayinya. Yang memainkan peran kunci selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir termasuk dalam pemberian ASI,”ucapnya.

Fuad, atas dasar itu, Dinas Kesehatan PPKB Kabupaten Batubara bersama TP PKK kabupaten mengembangkan program kelas ibu hamil dengan inovasi “Ayah Peduli ASI”.

Program ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil dan suaminya, dalam bentuk tatap muka kelompok.

“Tujuan kegiatan ini, tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu saja, namun juga para suami tentang kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos, penyakit menular dan akte kelahiran,”jelasnya.

Menurut Fuad, dukungan aktif yang diberikan suami semasa masa kehamilan istrinya sampai dengan masa menyusui akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan berdampak terhadap keberhasilan menyusui. Suami merupakan pendukung pada kegiatan yang bersifat emosional dan psikologis yang diberikan kepada ibu menyusui.

“Sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan memperlancar prosuksi ASI,”tutup Kabid Kesmas.(red01)

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *