DAERAH  

Di Indonesia, Morab Center Pertama Batubara

Foto: Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batubara Sakoanda Siregar SAg.(ersyah/01)

BATUBARA.Ersyah.com l Bangunan moderasi beragama (Morab) yang di launching pada tanggal 15 Mei 2023 kemarin, dihadiri Bupati Batubara Ir Zahir MAP, Kakanwil Kemenag Sumut H Ahmad Qosbi SAg, Kepolisian, BNN, pimpinan Ormas keagamaan, baik MUI, PGI dan berbagai pihak stakeholder yang ada.

“Jadi sudah diresmikan kemarin Morab Center kita, ini bagian dari implementasi latihan kepemimpinan administrator,”ujar Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batubara Sakoanda Siregar SAg didampingi Kasubbag TU Saidin SPd MPd, Rabu (24/5/23) di MTsN 1 Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.

Dijelaskan, berdirinya bangunan moderasi umat beragama center itu menjadi sebuah embrio atau cikal bakal menjadi tempat pelayanan terkait dengan moderasi beragama di Kabupaten Batubara.

iklan

Selain itu, bagian dari menjaga kerukunan, teloransi sesuai dengan indikator moderasi. Banyak pihak yang mendukung, termasuk Bupati yang sangat men support dengan menjanjikan berbagai bantuan fasilitas agar ruang Morab Center menjadi ruang bersama, tidak mutlak untuk Kementerian Agama saja, tapi juga untuk stakeholder yang melaksanakan rapat -rapat terbatas, MUI, PGI dan lainnya.

Morab Center boleh juga dipergunakan Darma Wanita dengan tujuan bisa bermanfaat untuk banyak pihak berkaitan kerukunan dan teloransi.

“Kedepan ini kan ada pesta demokrasi tahun 2024. Orang-orang Kementerian Agama tidak boleh masuk diruang politik praktis dan juga tidak boleh terjebak isu-isu hoax. Kemenag Batubara harus bisa mencega itu, dengan Morab Center itu tempat kita berdiskusi untuk kedamaian, di Indonesia Morab Center pertama itu di Batubara,”ucap Sakoanda Siregar.

Menjawab tujuan keberadaan Morab Center, Sakoanda Siregar menyebutkan, Oh, iya, sepesifiknya untuk moderasi beragama yang satu dari tujuh program prioritasnya Kementerian Agama. Ini mutlak harus di utamakan, terutama kami yang menjadi tenaga ASN dan PNS di Kemenag harus menjadi pilot projek untuk menjadi contoh seiring waktu tentunya stakeholder dan lembaga terkait bergandengan tangan.

“Ruangan yang kita siapkan untuk moderasi umat beragama, kita bicara ditempat yang telah kita siapkan dengan fasilitas yang lengkap atas dukungan Bupati. Kita bisa bicara kerukunan itu dalam suasana teduh, nyaman dan tenang,”ungkapnya.

Terkait isu ia hanya mencari nama atas dibuat Morab Center, Sakoanda Siregar dengan senyuman menjawab.

“Tidak lah. Ini kan sudah menjadi program prioritas, bahkan moderasi beragama ini sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Artinya ini sudah menjadi konsentrasi pemerintah. Nanti boleh tanya kepolisian, kejaksaan dan lembaga pemerintahan pasti ada tentang moderasi beragama, hanya saja pilot projeknya adalah Kementrian Agama dan pastinya menjadi program prioritas,”jawabnya.

Ditanya arah Morab Center dengan tegas Sakoanda Siregar mengatakan, Morab Center yang dibuat harus menjadi ruang bersama untuk seluruh stakeholder. Jadi tidak hanya bicara kerukunan, teloransi, tapi bisa juga dimanfaatkan oleh MUI yang selama ini sering rapat di kantor, ulama -ulama kita bisa duduk disana. Bisa juga untuk lembaga keagamaan lain seperti LPPD paduan suara gereja yang selama ini belum ada sekteriatnya boleh disitu untuk sekedar rapat dan diskusi keagamaan. Bahkan untuk madrasah boleh karena madrasah MAN 1, MTsN 1, MIN 2, rapat -rapat pendidikan juga boleh mempergunakan itu, karena memang desain ruangan itu sedikit melakukan pendekatan digital dan melenial, karena Kementerian Agama harus bisa beradaptasi.

Sakoanda Siregar berharap dengan ada nya bangunan tersebut tidak hanya simbolis saja, tapi betul-betul bermanfaat ruangan tersebut dengan tujuan kedamaian, kerukunan umat beragama.

“Kita jangan puas dulu, hari ini Batubara cukup sangat damai, tapi siapa yang bisa menjamin dua sampai tiga tahun kedepannya. Makanya kita sering bolak balik bicara kerukunan untuk menjadi modal senantiasa hidup bergandengan tangan dengan kelompok -kelompol berbeda, baik keagamaan, suku, organisasi harus rukun, damai, hidup mencintai Batubara,”tutup Siregar.(red01)

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *