
BATUBARA.Ersyah.com l PT Inalum optimis Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah dapat beroperasi akhir tahun 2024. Hal tersebut setelah pemerintah menyatakan SGAR Mempawah dimasukan kembali menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional pada Desember 2023 silam.
Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende menyampaikan, optimisme itu karena harapan semua berjalan sesuai rencana dan terus mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan.

“Sebagai entitas BUMN yang merupakan bagian dari Holding Industri pertambangan Indonesia, Inalum optimis bahwa SGAR Mempawah bisa beroperasi antara Semester II/2024 dan 2025. Kami berharap seluruh proses berjalan sesuai dengan rencana, dan kami tentu saja memohon dukungannya dari seluruh pemangku kepentingan agar cita-cita hilirisasi bauksit-aluminium bisa terwujud,”kata Mahyaruddin Ende.
Menurut Ende, SGAR yang berada di Mempawah merupakan projek strategis yang dijalankan kolaborasi Inalum dan PT Antam Tbk melalui anak usaha Inalum yaitu,vPT Borneo Alumina Indonesia (BAI). SGAR Mempawah merupakan bagian dari aksi korporasi Inalum dalam menciptakan ekosistem industri aluminum yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Inalum berharap terus mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan agar cita-cita Indonesia bisa segera tercapai dan hilirisasi aluminium nasional cepat terwujud,”ucapnya.
Ende, saat ini pembangunan SGAR Mempawah sudah mencapai diatas 80%, dengan target selesai pada tahun 2024. Proyek SGAR yang menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit (Kalimantan Barat) dengan pabrik peleburan aluminium (Inalum).
“Jika sudah beroperasi, diperhitungkan bisa memproduksi 1 juta ton alumina per tahun (bahan baku 3.3 juta ton bauksit per tahun). Ditargetkan akan mulai berproduksi pada tahun 2024 dan mencapai full kapasitas produksi pada 2025,”ujarnya.
Ende, proyek yang terbagi ke dalam fase I dan II itu menelan nilai investasi sekitar US$1,7 miliar. Rencanannya, masing-masing proyek bakal meningkatkan kapasitas produksi alumina perseroan ke level 1 juta ton setiap tahunnya, dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
SGAR juga bisa membuat adanya peningkatan nilai tambah program hilirisasi. Di SGAR Mempawah, bauksit yang sudah didapat diproses menjadi alumina di dalam negeri tanpa harus mengirim bahan baku bauksit ke luar negeri yang berimbas pada berkurangnya biaya operasional.
“Seperti yang diketahui, alumina merupakan bahan utama dalam pembuatan aluminium ingot, seperti alloy, bollet, bar, keramik, dan produk harian lainnya. Sekaligus bisa meningkatkan penyerapan angka tenaga kerja hingga angka diatas 1000 SDM,”paparnya.
Ende, beberapa aksi korporasi lain yang dilakukan Inalum dalam rangka peningkatan kapasitas produksi sebagai respon atas tingginya potensi pasar aluminium nasional yang saat ini memiliki permintaan hingga 1 juta ton. “Proyek-proyek tersebut antara lain, Proyek Upgrading Teknologi Tungku Reduksi tahun 2023. Optimalisasi Smelter Kuala Tanjung yang ditargetkan meningkatkan kapasitas produksi di tahun 2024-2025 dan Proyek Diversifikasi Aluminium Remelt IAA,”tukas Ende.(mn)
