
BATUBARA.Ersyah.com l Di balik gemerlap kampanye Universal Health Coverage (UHC) yang digadang sebagai tonggak layanan kesehatan gratis bagi seluruh rakyat, kisah memilukan datang dari sebuah dusun kecil di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
Yulia Khairia, bocah perempuan berusia lima tahun di Dusun IV Desa Suka Raja, kini hanya bisa terbaring lemah akibat kelumpuhan yang dideritanya selama 11 bulan terakhir.

Orang tuanya, Ahmad Qulbi (32) dan Irma (31), hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan pahit. Bukan hanya karena kondisi Yulia yang tak kunjung membaik, tetapi juga karena sistem kesehatan yang seharusnya menjamin justru seakan menutup mata.
“Dulu dia masih bisa berlari, tertawa. Tapi sejak jatuh setahun lalu, anak kami tidak bisa berdiri lagi. Kami sudah bawa ke RSUD Batubara, sempat dirujuk ke RS Adam Malik. Tapi baru sembilan hari dirawat, kami disuruh pulang. Setelah itu, semua kami tanggung sendiri,” kata Ahmad dengan suara gemetar, menahan haru.
Ironis, di tengah slogan “kesehatan untuk semua”, keluarga Yulia bahkan kesulitan membeli susu dan selang NGT untuk perawatan dasar anaknya. Di manakah peran negara?
Kunjungan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Batbara pada Minggu malam (20/4/2025) sekira pukul 20.05 wib ke rumah Yulia, mengungkap fakta yang lebih memprihatinkan.
“Ini bukan soal kasihan. Ini soal pelanggaran hak anak yang dijamin oleh undang-undang,” tegas Ketua KPAD Helmi Syam Damanik.
Dalam kunjungan itu, rombongan KPAD memberikan bantuan berupa sembako dan kebutuhan dasar. Namun mereka sadar, yang dibutuhkan bukan hanya empati sesaat, melainkan langkah konkret dari pemerintah.
“Negara wajib hadir dalam kondisi seperti ini. Ini bukan amal, ini amanat konstitusi,” tambah Helmi, mengutip Pasal 59 Ayat (1) UU Perlindungan Anak.
Lalu, ke mana sebenarnya program UHC yang selama ini digembar-gemborkan di spanduk dan baliho besar itu,,,?. Jika seorang anak sakit kronis dan hanya butuh akses alat bantu sederhana saja tidak bisa dipenuhi, maka wajar bila publik bertanya, benarkah kesehatan sudah dijamin untuk semua?
Yulia Khairia bukan sekadar korban. Ia adalah simbol dari anak-anak yang hak dasarnya diabaikan dalam diam. Jika satu anak saja bisa luput dari jangkauan sistem, maka sudah saatnya sistem itu ditinjau ulang, karena rakyat tidak butuh janji, mereka butuh keadilan yang nyata.
“Jika kita terus diam, maka jangan salahkan rakyat bila akhirnya bersuara lantang mempertanyakan tanggung jawab pemerintah. UHC terkesan tumpul, Anak 5 tahun di Batuara terkesan jadi korban janji kosong Kesehatan Gratis,”tukas Helmi.
Rombongan KPAD yang datang turut didampingi dr. Etrina Melinda, M.Biomed, serta komisioner Fauzi Triansyah dan Sony Agatha Siahaan.(red01)
