Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reot, Kisah Lansia di Bibir Pantai Bunga Ini Mengiris Hati

iklan
Teks Foto: Gubuk Derita Tok Katan yang persis tinggal di bibir pantai bunga Desa Bandar Rahmat Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.

BATU BARA, Ersyah.com | Seperti flim best seller Waterworld yang menceritakan sudah tidak ada lagi daratan didunia ini, sehingga manusia membuat hunian seadanya ditengah laut, begitulah menggambarkan pilunya hidup kakek tua bernama Katan (65) seorang lansia yang hidup sebatang kara dan tinggal disebuah gubuk reot dibibir pantai bunga desa Bandar Rahmat Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara seorang diri.

Gubuk yang dihuni Katan saat ini jauh dari permukiman warga Desa Bandar Rahmat, dan dia hidup sebatang kara mengharapkan perhatian masyarakat sekitar dan pendatang berwisata yang terkadang memberinya sedikit sembako dan uang yang tidak sebegitu besar nilainya, namun bagi Katan cukup bernilai untuk menyambung hidupnya.

iklan

Lansia sebatang kara itu menceritakan bahwa dahulunya ia tinggal bersama Almarhumah istrinya Ainun (57) di Bagan Luar, sayangnya ia tidak dikarunai seorang anak karena mengalami sakit yang di derita sang istri.

Tak katan tetap berusaha bekerja semampunya demi menyambung hidup sehari-hari.
iklan

Pria yang berkeja sebagai juru parkir sekolah yang tidak terlalu jauh dari gubuk reotnya menerima seala kadarnya upa, dengan sisah tenaga yang iya punya.

“Sudah 4 tahun atok tinggal di gubuk ini setelah istri meninggal dunia, dan rumah yg sebelumnya dijual untuk dana operasi almarhumah.” kata  Katan kepada Ersyah.com.

Nasib Katan tidak seberuntung warga lainnya yang tinggal di rumah dengan fasilitas yang lengkap.

Dengan Usia yang tidak lagi muda dan keterbatasan pendengaran, Katan menghabiskan hidup di gubuk reot tanpa aliran listrik, apabila hujan dan teriknya matahari harus mencari tempat berteduh. Sewaktu-waktu jika air pasang besar gubuk miliknya bisa terendam air.

Pantauan ersyah.com, gubuk reot milik Katan yang berukuran 3×5 hanya berdinding papan dan beberapa batang kayu laut yang dipungutnya dari sisa-sisa kayu yang hanyut dibibir pantai, langit gubuknya beratapkan Nipah. dan ada beberapa seng bekas yang diperuntukkan pada bagian depan yang dijadikan sebagai tempat bersantai kala waktu senjang, sedangkan lantainya beralaskan papan kelapa yang mulai lapuk dimakan zaman, dan tiang gubuk dari bambu sebagai pondasi agar gubuk tidak digenangi air laut sewaktu pasang naik.

Terlihat pada isi  gubuk yang berukuran 3×5 meter itu hanya sebuah sepeda dan kursi plastik, juga sepetak ambal tua untuk alas tidurnya.

Sewaktu Disambangi ersyah.com minggu (05/04) terlihat ada dua orang yang datang mengunjungi Katan dan memberikan makanan berupa nasi dan lauk pauk.

Salah seorang pengunjung bernama Putri (25) mengatakan, sangat prihatin apa yang terjadi dengan Bapak Katan, Bahkan ketika masuk digubuknya dirinya harus merunduk dan hati-hati karena lantainya mulai reot. bahkan  kondisi atapnya  sudah berlobang.

Terpisah Kades Bandar Rahmat saat dihubungi melalui via telpon, membenarkan bahwa Katan adalah salah seorang warganya yang butuh bantuan, yang saat ini menjadi prioritas bantuan Lansia. kelahnya

“Pak Katan itu sebelumnya sudah ditawarkan untuk tinggal dirumah yang layak daerah Prumnel namun ia tidak menerimanya dan ingin tetap tinggal digubuk reot itu, dikarenakan tidak ada mata pencariannya disana.”

Informasi yang dihimpun ersyah.com keluarga tok Katan juga prihatin dengan kondisinya, namun dirinya hanya ingin hidup sendiri digubuk reot pada bilangan bibir pantai bunga. (m.02)

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *