Inalum Revitalisasi Pantai Solusi Konkrit Tiga Masalah Prostitusi, Abrasi dan Ketimpangan Ekonomi

Masyarakat saat menanam pohon mangrove.(foto. Humas PT Inalum)

BATUBARA.Ersyah.com l PT Inalum melakukan pengembangan budidaya kawasan Mangrove di Pantai Sejarah Kabupaten Batubara. Revitalisasi dan pengembangan kawasan mangrove ini merupakan salah satu program peningkatan perekonomian masyarakat dan pengembangan pariwisata serta konservasi pantai melalui penanaman mangrove dan perlindungan satwa langka.

“Program ini merupakan yang berkelanjutan sejak tahun 2020. Ini memberikan solusi konkrit pada tiga masalah besar di kawasan pesisir Pantai Sejarah, seperti Prostitusi, Abrasi dan Ketimpangan Ekonomi,”kata Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende, Selasa (16/1/2024).

iklan

iklan

Perusahaan menyadari bahwa pesisir Pantai Batubara merupakan kawasan vital bagi masyarakat nelayan dan ekosistem lingkungan. Untuk itu Inalum melaksanakan program berkelanjutan sejak 2020 dan berharap bisa menjadi solusi untuk tidak masalah besar di kawasan tersebut.

iklan

“Kami berharap, program ini bisa terus berjalan dan seluruh elemen masyarakat mendukung program kebaikan ini,”harapnya.

Mahyaruddin Ende, sejak program digulirkan Inalum fokus penanaman mangrove. Pada tahun 2021, Inalum mulai berinovasi untuk menciptakan kawasan wisata mangrove. Pada tahun 2022, melakukan pengembangan Batik Mangrove dengan ibu-ibu sebagai pihak yang diberdayakan. Pada tahun 2023, melakukan inovasi lanjutan demi menciptakan kawasan wisata yang komprehensif dan lengkap secara pelayanan.

“Selama 4 tahun program berjalan, Inalum telah memberikan solusi atas tiga masalah krusial di Kawasan Pantai Sejarah. Program ini secara penuh mendorong masyarakat untuk menghilangkan prostitusi dari kawasan tersebut dan menjadikannya kawasan ramah keluarga. Program ini juga berhasil memberikan perlindungan dari abrasi laut dengan penanaman mangrove, dan berhasil melakukan peningkatan ekonomi masyarakat pascapandemi Covid-19 dengan program-program inovasi di kawasan tersebut,”ujar Ende.

Menurutnya, program yang dilaksanakan Inalum berkolaborasi dan sinergisitas lintas disiplin ilmu. Sebab industri pariwisata memiliki kompleksitas dan hanya bisa dijawab dengan kolaborasi. Dalam eco-wisata dan konservasi, perusahaan banyak memberikan sharing knowledge diantaranya, HSE mendorong efektifitas penanaman mangrove. Ilmu teknik sipil dengan lanscaping dan pengembangan destinasi. Lalu Humas dan IT dengan pemasaran digital destinasi wisata.

Konservasi mangrove ini kata Ende, telah berhasil menjaga areal hutan mangrove eksisting seluas 15 ha, melakukan penanaman bertahap selus 5 ha, selain itu Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) juga terlibat dalam penyediaan bibit mangrove untuk ditanam di Pantai Jono, Desa Lalang dan di Pantai Asahan.  Ekosistem Mangrove  memiliki kemampuan efektif dalam menyerap CO2 hingga  871,9 Ton CO2/ha/tahun.

Selama berjalan terdapat beberapa pencapaian yang berhasil dilakukan antara lain.

Penanaman 51.000 Bibit Bakau (Rhizophora Stylosa). Konservasi 20 ha lahan mangrove dan perluasan konservasi di Pantai Jono, Desa Lalang dan Pantai di Kab. Asahan.

Menghasilkan akumulasi hingga Rp 910 juta per tahun untuk pariwisata yang melahirkan 70 UMKM baru di Pantai Sejarah (pendapatan Rp 150-200 ribu/bulan). Total kini sudah lebih dari 40 orang yang bekerja sebagai pengelola wisata Batubara Mangrove Park. Kemudian ada pula kelompok UMKM beranggotakan 20 orang, membatik 20 orang, Tunjang Bakau 15 orang dan Silvo Fishery 20 orang.

Belum lagi termasuk pekerja yang dibayar harian jika hari-hari libur dan kunjungan meningkat.

“Inalum dan KTCM berkolaborasi dalam memberikan keterampilan baru “membatik” bagi 20 orang perempuan sekaligus memberikan keterampilan digital marketing pada Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) Kolaborasi bersama 2 Kelompok Konservasi (KTCM dan Ikatan Mahasiswa Batubara (IMABARA)) yang melahirkan Kelompok Kerajinan Batik (Batik Bunga Mangrove),”papar Ende.

Atas kolaborasi, kni wajah Pantai Sejarah sudah jauh berubah. Inalum pun mengusulkan mamanya diubah menjadi Batubara Mangrove Park (BBMP).

“Usulan kita diterima masyarakat. Jumlah kunjungan terus meningkat, yang rata-rata setiap hari biasa rata-rata 100 pengunjung, jika weekend mencapai 1.500 hingga 2.000 pengunjung. Bahkan saat libur hari besar mencapai 5.000 pengunjung,”ungkap Ende.(mn)

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *